
Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS) pimpinan Yohanes Handojo Budhisedjati menggelar Talk Show “Strategi Menjadi Petani Milineal Sukses Di Era Ekonomi Digital” menuju Indonesia Emas 2045.
Sebagai sambutan Ketua Umum FORMAS memberikan motivasi untuk pemuda Tani dan Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Dr. Muhammad Amin, S.Pi., M.Si. menyampaikan Penumbuhan Pemuda Tani dalam Mendukung Swasembada Pangan. Beliau juga menyampaikan masalah pangan dunia saat ini dimana 59 negara mengalami kelaparan serius, sekitar 900 juta penduduk dunia kelaparan, dan 8,5% penduduk Indonesia kurang gizi serta lebih dari 30% anak stunting (Sumber: World Food Program).
Talk show ini juga mengundang pengusaha pertanian David Siregar, SE., peneliti pertanian Yoshua L. Filio, S.P., M.MSDM, dan Dr. Haris Maulana, S.P, M.P, PhD. peneliti hortikultura BRIN.
David Siregar, SE. menyampaikan tantangan dan peluang di bisnis pertanian dan survival skill yang harus dimiliki petani milenial agar bisa sukses “Jangan hanya jago kandang (lokasi/produk/cara tanam) tertentu, harus mengerti berbagai macam hal; Jangan hanya jago bertani saja, harus jago pasar/ekonomi bertani juga”, ujarnya pada Rabu (22/1/2025).
“Indonesia sebagai negara agraris menghadapi tantangan besar seperti: penurunan kualitas lahan akibat overeksploitasi, kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk, dampak perubahan iklim terhadap pola tanam dan hasil panen”, ujar Yoshua L. Filio.
Hadir pada acara tersebut Ketua Umum
Paguyuban Parinan 08 Indonesia Maju, Didi Kusnadi menyampaikan “Minimal apa yang menjadi aspirasi dan kemauan para petani itu, bisa tertampung mudah-mudahan sampai ke atas kepemimpinan dan bisa direalisasikan ke masyarakat terutama kepada petani,” ujar Didi Kusnadi di Jakarta, pada Rabu (22/1/2025).

“Regenerasi anak-anak muda yang mau terjun, kita tunjukkan bahwa petani itu tidak miskin. Petani bertani itu bisa sukses gitu loh, cuman kan di sini harus ada peran dari pemerintah untuk mendukung,” katanya.
Contoh dunia pertanian itu sekarang, terutama kekurangan pupuk. Kedua mungkin penggunaan lahan tidur, yang masih banyak terlatar. Kemungkinan ada sebagian nggak punya lahan, gimana pembentukan pemerintah itu supaya anak muda ini mau terjun ke dunia pertanian. Ibaratkan dia punya semangat, tapi enggak ada modal
“Apa modal utama ya lahan, kalau ada lahan dia punya semangat. Di sini pertanian setahu saya modal yang pertama. Semangat anak muda, ibaratnya dia bisa sambilan. Mungkin paginya bisa upahan. Kalau di tempat saya, kan kerjanya sore. Dia bisa ke kebun oke dalam hal ini peran pemerintah. Apakah cukup hanya dengan lahan saja,” paparnya.
“Berbicara lahan, kita tahu sendiri bahwa lahan ada di Kementerian. Ibaratnya lahan sawah dan lahan tidur. Jangan lahan petani yang ada di Indonesia habis untuk dijadikan izin bangunan. Ketika ada lahan-lahan produktif, yang kira-kira lahan ini bisa bisa untuk bercovok tanam jangka panjang, jangan sampai dialihkan kebangunan,” tuturnya.
Kemudian Dewi Ratnasari, S.E,Ak sebagai Ketua Pelaksana Acara dan Sekjen Paguyuban Pariban 08 berharap Kementerian Pertanian dan Kementerian Desa serius mensupport petani-petani muda untuk dilatih, serta perlunya pendampingan mereka terjun langsung menjadi petani yang sukses dengan kemajuan teknologi.
“Harus ada regenerasi sebagai petani. Mereka petani muda dipersiapkan mentalitasnya sebagai pejuang yang siap dengan berbagai kendala cuaca dalam bercocok tanam. Selain itu perlunya Pemerintah menyiapkan lahan tidur untuk mereka di berikan pelatihan cara menanam, merawat serta mengolah hasil pertaniannya sampai kepada hilirisasinya,” jelasnya.
Peserta ikut hadir dari Mahasiswa Mahasiswi Fakultas Pertanian UNAS,Universitas Trilogi,dan Universitas Respati Indonesia sebanyak 100 peserta,50 peserta profesional,100 peserta petani dari berbagai daerah.